Pengalaman Menangani Wabah Cholera Di Kab Dompu

Wabah Cholera (Kolera) di Dompu, 1975

Saya mendapat hadiah pengalaman yang tak terlupakan. Dompu kena wabah cholera. Sesudah bertugas di Dompu saya sering mengikuti rapat kerja di Dinkes Mataram, antara lain penanggulangan cholera. Tidak boleh sembrangan memberi laporan cholera tanpa ditunjang pemerikasaan laboratorium positif cholera. Bila terjadi wabah penanganannya harus mengikuti pedoman yang sudah ditetapkan (prosedur tetap-protap).

Rapat di belakang meja berbeda dengan lapangan.

Suatu hari, banyak orang mutaber (muntah berak). Saya sudah curiga cholera, segera saya perintahkan ambil swab (bahan utk pemeriksaan lab), kirim ke Mataram. Saya mendapat telefon, positif cholera!

Strategi perang dengan wabah

Saya harus segera mebuat strategi penangan wabah cholera sesuai dengan situasi lokal. Saya beruntung, dulu sebelum masuk Fakultas Kedokteran saya sempat kuliah di Fak Pertanian UNSUD Puwokerto. Saya sempat mengikuti Latihan Militer, sebagai keharusan ....wamil anggota Menwa (Resimen Mahasiswa). Jadi saya memahami sedikit taktik perang. Saya terapkan startegi perang dalam menangani wabah cholera. Cuma bedanya, kuman vibrio chlorare sebagai musuh tidak bisa dilihat kasap mata….jadi berperang dengan musuh tak terlihat!

Strategi dan tindakan

Tindakan harus cepat dan tepat, jangan terlambat. Kasus boleh banyak tapi jangan ada yang meninggal (seminimum mungkin)!

1. Persediaan obat
Segera minta bantuan obat cholera dg fax dan telefon ke Mataram.
Saya selalu berkomunikasi dengan P3M (Pencegahan, Pemberantasan, Penyakit Menular) Mataram. Waktu itu Direktur P3M Dinkes di Mataram adalah Dr. Jurnalis Jalin (alm).
Dalam beberapa hari saja gudang P3M Dompu penuh dengan obat, tetrasiklin, ringer lactat, desinfektans (lysol) dan kaporit, (oralit pada waktu itu belum ada dalam program).

2. Membentuk panitia penanggulan wabah cholera dangan SK Kepala Dinas, tembusan ke Bupati
Tenaga inti:
a. Sekretaris Dinkes
b. Kepala P3M (Pemberantasan Pencegahan Penyakit Menular) Dinkes.
c. Kepala RSU, Wakil Kepala RSU
d. Seluruh Kepala Puskesmas
Catatan: Saya masih ingat nama-nama mereka a.l:
a. Jamaludin MT (skretaris Dinkes)
b. Mansur (kepala P3M)
c. Dr. Pujiastuti ES (kepala RSU)
d. Haji A Landa (wakil direktur RSU)
e. Amin (kepala Puskesmas Dompu Barat).
f. Sopir: Abubakar (Beko) sopir Dinkes, Ali (Elo) sopir RSU.

3. Mapping penyebaran kejadian.
Untuk mengetahui model penyebaran dan menentukan logistik

4. Menghadap Bupati,
memberi tahu kedaan….kita positif cholera. Saya katakan, ini sama dengan perang melawan cholera. Saya laporkan kesiapan Dinkes yg telah membentuk Panitia Penanggulanagan Wabah Cholera. Saya minta dukungan Bapak Bupati berupa PERINTAH dan DANA, karena tidak boleh main-main. Khusus tentang dana, saya bilang sama pak Bupati, kalau tidak ada dana, kalau banyak pasien yang mati saya lepas tanggungjawab.

Pak Bupati faham apa yang saya ceritakan...Bupati Soewarno (alm) juga seorang militer. Bapak Bupati lansung panggil kepala bagian keuangan, hari itu juga harus ada jawaban.. ada uang atau tidak! Kepala Bagian keuangan bilang, "hanya ada sedikit uang, belum bisa alokasikan ke Cholera". Tapi beliau beri jalan keluar, Dinkes dapat menggunakn sebagian uang pendapatan lebih dulu, nanti setorannya berupa penggunaan uang saja. Di daerah, RSU itu merupakan instansi yang menyetor pendapatan tinggi ke Pemda. Ini ciri khas dareah tertinggal, mestinya pendapatan RSU harus yang paling rendah, demi pelayanan kesehatan mensejahtrakan masyarakat.

5.Tentukan teknis penanganan kasus:
Muntaber? Secepatnya berikan Teterasiklin, infus ringer lactat ditempat atau di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, minum air yang banyak, kaporisasi sumur (sumber air) dan desinfektasi benda-benda diperkirakann tercemar. Ambil bahan swab untuk pemeriksaan lab yg kelak merupakan bahan laporan.

6. Membuka Posko-posko penanggulangan cholera sesuai dengan mapping wabah.

7. Penanganan harus cepat
Yang sulit adalah kecepatan penanganan pasien. Pada umunya pasien datang ke RS sudah parah.
Transportasi di daerah seperti Dompu yang mudah adalah dengan sepeda motor, mobil kurang praktis akses kedesa-desa.


Abubakar (Beko), sopir Dinkes yang setia

8. Saya buat draft surat Bupati, yang akan dikirim ke para camat, lurah, desa.
Isi surat Bupati: Kita dalam wabah cholera, maka menginstruksikan para camat, lurah, desa dan masyakat yang mempunyai sepeda motor harus bahu-membahu membantu. Kita perlukan dukungan kenderaan roda-dua. Bila ada yang muntaber di desa, segera bawa ke RSU atau Posko-posko, kantor Dinkes (bila ada kenderaan, pasien masih kuat). Bila pasien tidak memungkinkan untuk dibawa RSU, maka dengan sepeda motor setempat tanpa pasien  pergi melapor ke Posko terdekat. Petugas Posko bersama yang melapor pergi ke rumah pasien…
infus ditempat (di rumah pasien), minumkan Tetrasiklin, kaporisasi sumur, desinfektasi benda tercemar, minum air yang banyak. Dengan cara ini, kasus jarang terlambat penanganannya.

9. Penyluhan kesehatan?
Situasi lokal, penyuluhan melalui radio kurang efektif. Penyuluhan melalui petugas kesehatan ada manfaatnya, tapi info kurang cepat menyebar. Yang paling efektif adalah INSTRUKSI BUPATI  ke seluruh Camat, Desa dan Kelurahan. Surat instruksi bupati diedarkan sendiri oleh petugas kesehatan, sekaligus merupakan dasar kerja Dinkes.

10. Posko-posko, dan kantor P3M harus jaga 24 jam.
Petugas bergantian. Mereka karus melaporkan ke saya apa pun yang terjadi, per telepon. Hehehe..belum ada HP, tdk bisa SMS. Petugas kita harus selalu keadaan prima, disediakan cukup makanan, kopi, susu, dan snack untuk begadang 24 jam (no worry, uang cukup dari Bupati!) Mereka enjoy sambil mendengarkan lagu-lagu dangdut! Saya instruksikan lagi, kalau ambil atau mengunjungi pasien sekitar pukul 3 pagi, supaya rombongan lewat di depan rumah Bupati.

Pagi-pagi saya ditel pak Bupati…..pak dokter, tadi malam banyak pasien ya, rombongan sepeda motor lewat di depan rumah saya. Saya jawab…”ya” pak Bupati.

Alhamdulillah walaupun pasien cukup banyak, angka kematian sangat kecil (tidak ingat angka persisnya).


>>> Lengkap

Postingan populer dari blog ini

2 Bulan Di London

Dr.Yamin Hasibuan Kepala Dinas Kesehatan Kab Dompu: 1974 - 1977

Kingdom of Buthan Yang Indah Dan Unik